Minggu, 05 Januari 2014

Linguistik Umum



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Laporan
D. Kegunaan Laporan
BAB II RINGKASAN ISI BUKU DAN PEMBAHASAN
A. Ringkasan Isi Buku
B. Pembahasan
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA












BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Linguistik sampai saat ini masih dianggap sulit oleh sebagian besar manusia. Padahal Ilmu Linguistik bersifat umum yang hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa Ilmu Linguistik umum merupakan media komunikasi penting yang bersifat komunikatif.
Banyak yang beranggapan bahwa Ilmu Linguistik itu sulit dan perlu segera ditepis. Masalahnya sekarang, sampai saat ini panduan Ilmu Linguistik umum yang benar-benar dan detai masih sangat sulit untuk ditemukan. Padahal buku jenis Ilmu Linguistik akan sangat membantu para penulis pemula untuk mulai mengasah kemampuan.
Problematika diatas perlu segera dipecahkan, salah satu langka yang dapat ditempuh adalah ditemukannya sebuah buku yang mampu menyajikan tentang ke Ilmuan Linguistik Umum. Terkait dengan kanyataan tersebut, buku berjudul Linguistik ( Sebuah Pengantar ) karya Dr. Mansoer Padeta bisa menjadi solusi alternatif.
Buku ini diterbitkan pada tahun 2010 oleh penerbit Bumi Aksara Jakarta. Buku ini terbit atas 6 bab. Secara umum isi buku ini dapat dikategorikan kedalam bagian besar yakni begian awal berupa pembahasan objek keilmuan Linguistik dalam bahasa dan bagian akhir yang membahasa tatanan dan sejarah Linguistik. Keunggulan lain adalah bahwa buku yang mampu menyajikan tatanan sejarah keilmuan Linguistik sampai saat ini belum banyak ditemukan. Oleh sebab itu, penulis tertarik melakukan pengkajian terhadap isi buku tersebut yang hasilnya penulis susun dalam bentuk laporan buku.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis mengajukan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja isi buku Linguistik ( sebuah pengantar ) karya Dr. Mansoer Padeta ?
2. Apa saja keunggulan buku tersebut disbanding buku sejenis yang lain ?
3. Apa saja kelemahan buku tersebut disbanding buku sejenis lain ?
C. Tujuan Laporan
Tujuan yang hendak dicapai melalui penulis laporan buku ini adalah untuk menhetahui dan mendeskripsikan :
1. Isi dari buku Linguistik ( sebuah pengantar ) karya Dr. Mansoer Padeta ?
2. Keunggulan buku tersebut disbanding buku sejenis yang lain ?
3. Kelemahan buku tersebut disbanding buku sejenis lain ?
D. Kegunaan Laporan
Laporan buku ini diharapkan mampu memiliki kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis diharapkan laporan buku ini menambah khazanah teoritis keilmuan Linguistik Umum dan secara praktis diharapkan buku laporan ini menambah pengetahuan, wawasan dan keilmuan bagi penulis maupun bagi pembaca.

BAB II
RINGKASAN ISI BUKU DAN PEMBAHASAN

A. Ringkasan Isi Buku
Buku berjudul Linguistik ( Sebuah Pengantar ) karya Dr. Mansoer Padeta yang terdiri atas 6 bab. Keseluruhan bab dalam buku ini merupakan petunjuk praktis dalam Keilmuan Linguistik Umum yang disajikan secara ringkas, namun demikian tetap menyajikan contoh yang mampu mendongkrak pemahaman membaca. Secara terperinci isi buku tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut.
Dalam tugas kita sehari-hari, entah sebagai guru bahasa, sebagai penerjemah, sebagai pengarang, sebagai penyusun kamus, sebagai wartawan atau sebagai apapun yang berkenaan dengan bahasa, tentu kita akan menghadapi masalah - masalah linguistik. Pernyataan ringkas tersebut merupakan awal yang menjadi titik tekan dari buku berjudu “Linguistik ( Sebuah Pengantar ) ” karya Dr. Mansoer Padeta. Dalam paparannya, Martinet mengemukakan secara jelas bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya atau telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.
Pada dasarnya setiap ilmu, termasuk juga ilmu linguistik telah mengalami tiga tahap perkembangan sebagai berikut :
1. Tahap Spekulasi. Dalam tahap ini pembicaraan mengenai sesuatu dan cara mengambil kesimpulan dilakukan dengan sikap spekulatif
2. Tahap Observasi dan Klasifikasi. Pada tahap ini para ahli dibidang bahasa baru mengumpulkan dan menggolongkan segala fakta bahasa dengan teliti tanpa memberi teori atau kesimpulan apapun.
3. Tahap Perumusan Teori. Pada tahap ini setiap displin ilmu merusaha memahami masalah-masalah dasar dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah-masalah itu berdasarkan data empiris yang dikumpul.
Analisis linguistik dilakukan terhadap bahasa atau lebih tepat terhadap semua tataran tingkat bahasa, yaitu Fonetik, Fonemik, Morfologi, Sintaksis dan Semantik. Bapak linguistik modern, Ferdin de Saussure ( 1857 – 1913 ) dalam bukunya Course de Linguisticue Generation ( terbit pertama kali 1916, terjemahannya dalam bahasa Indonesia terbit 1988 ). Membedakan adanya kedua jenis hubungan atau relasi yang terdapat antara satuan-satuan bahasa, yaitu relasi sintagmatik dan relasi asosiatif. Yang dimaksud dengan relasi sintagmatik adalah hubungan yang terdapat antara satuan bahasa didalam kalimat yang konkret tertentu, sedangkan relasi asosiatif adalah hubungan yang terdapat dalam bahasa namun tidak tampak dalam susunan satuan kalimat.
Setiap ilmu, betapapun teoritisnya, tentu mempunyai manfaat praktis bagi kehidupan manusia. Begitu juga bahwa ilmu linguistik akan membawa manfaat lanhsung kepada mereka yang berkecimpung dalam kegiatan yang berhubungan dengan bahasa, seperti linguis itu sendiri, guru bahasa, penerjemah, penyusun buku pelajaran dan sebagainya. Dari dua pasal telah disebutkan bahwa bahasa adalah sistem, dan bahasa adalah lambang; dan kini, bahasa adalah bunyi. Kata bunyi, yang sering suka dibedakan dengan kata suara, sudah bisa kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Kridalaksana ( 1983 : 27 ) bunyi adalah kesempurnaan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Bahasa itu arbiter. Yang dimaksud dengan istilah arbiter itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa ( yang berwujud bunyi itu ) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
Sebetulnya yang membuat alat komunikasi manusia itu, yaitu bahasa, produktif dan dinamis, dalam arti dapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru. Manusia sering disebut-sebut sebagai Homo Sapien “ Makhluk Berfikir ”, Homo Sosio “ Makhluk yang Bermasyarakat ”, Homo Faber “ Makhluk Pencipta Alat ”, dan juga Animal Rationale “ Makhluk Rasional yang Berakal Budi ”. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa alat komunikasi manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia itu sendiri. Yang ingin dibicarakan dan yang memang erat kaitannya dengan bahasa adalah bahasa dalam kaitannya dengan kegiatan sosial didalam masyarakat atau lebih jelasnya hubungan dengan masyarakat itu :
1. Masyarakat Bahasa
2. Variasi dan Status Sosial Bahasa
3. Penggunaan Bahasa
4. Kontak Bahasa
5. Bahasa dan Budaya.
Tatanan linguistik dalam ilmu linguistik umum dapat dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Tatanan linguistik ( 1 ) : Fonologi
2. Tatanan linguistik ( 2 ) : Morfologi
3. Tatanan linguistik ( 3 ) : Sintaksis
4. Tatanan linguistik ( 4 ) : Semantik
Dalam tatanan Morfologi kata merupakan satuan terbesar ( satuan terkecilnya ialah Morfem ). Dalam sejarah studi linguistik istilah frase banyak digunakan sebagai satuan sintaksis yang satu tingkat berada dibawah satuan klausa atau satu tingkat berada diatas satuan kata. Bukan hanya itu dalam tataran linguistik juga terdapat relasi makna. Yang dimaksud dengan relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lainnya. Satuan bahasa disini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat dan relasi semantik itu dapat menyatakan kesamaan makna, pertengahan makna, ketercakupan makna, kegandaan makna atau juga kelebihan makna.
Andreas Kemke, seorang ahli Filologi dari Swedia pada abad ke-17 yang menyatakan bahwa Nabi Adam dulu di Surga berbicara dalam bahasa Demnark, sedangkan ular berbicara dalam bahasa Prancis, adalah tidak dapat dibuktikan kebenarannya karena tidak didukung oleh bukti empiris. Studi bahasa pada zaman Yunani mempunyai sejarah yang sangat panjang, yaitu kurang lebih sekitar 600 tahun. Studi bahasa pada zaman Romawi dapat dianggap kelanjutan dari zaman Yunani sampai dengan munculnya kerajaan Romawi. Boleh dikatakan orang Romawi mendapat pengalaman dalam bidang linguistik dari orang Yunani.
Pada awalnya penelitian bahasa di Indonesia dilakukan oleh para ahli Belanda dan Eropa lainnya, dengan tujuan untuk kepentingan pemerintahan kolonial. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 pemerintah kolonial sangat memerlukan informasi mengenai bahasa-bahasa yang ada dibumi Indonesia untuk melancarkan jalannya pemerintahan kolonial di Indonesia.
B. Pembahasan
Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tepat lagi seperti dikatakan Martinet ( 1987 : 19 ), telaah ilmiah mengenai bahasa manusia. Beliau memandang Linguistik umum adalah Linguistik yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa secara umum.
Sejalan dengan pendapat diatas, Ferdinad de Saussure ( 1988 ) menyatakan bahwa Linguistik umum adalah ilmu Linguistik yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah umum, kaidah bahasa secara umum. Kesimpulan dari definisi ini yaitu kajian ini dapat dilakukan terhadap keseluruhan sistem bahasa atau juga hanya pada satu tataran dari system bahasa itu. Sebuah tulisan dibuat untuk dipahami maksud dan tujuannya sehingga proses yang dilakukan penulis tidaklah sia-sia. Walaupun teori tentang ilmu Linguistik ( sebuah pengantar ) yang dikemukakan oleh Dr. Mansoer Pateda memiliki kelemahan, secara umum ide untuk menumbuhkan kemampuan dalam berbahasa yang dituangkan telah cukup memadai. Hal ini berarti bahwa beberapa metode sederhana yang dikemukakan memang merupakan metode dasar guna menumbuhkembangkan kemampuan berbahasa dalam ilmu Linguistik.
Sekali dengan kenyataan diatas, konsep dasar untuk berbahasa dalam metode ilmu Linguistik yang dikemukakan oleh para ahli memang sudah cukup baik. Sampai saat ini penulis belum menemukan bukti Linguistik umum yang demikian jeli dalam membina keterampilan berbahasa Indonesia dengan baik, walaupun buku jenis ini memang telah banyak beredar. Kenyataan ini menunjukan bahwa buku tersebut memiliki keunggulan, buku tersebut juga memiliki kelemahan. Kelemahan utama buku ini yaitu terlalu luas materi yang dibahas dengan dangkalnya materi yang diterapkan.
Walaupun memiliki banyak kelemahan, buku berjudul “Linguistik ( sebuah pengantar )” karya Dr. Mansoer Padeta menurut hemat penulis dapat dijadikan pedoman dasar bagi para penulis pemula. Hal ini tentu saja berlaku untuk beberapa bab terutama yang berkaitan dengan dasar-dasar kemampuan berbahasa. Guna memperdalam dan membina kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik.
Linguistik adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan. Dibicarakan subdisiplin Linguistik itu secara garis besar dari segi :
a. Pembidangannya
b. Sifat Telaahnya
c. Pendekatan Objeknya
d. Instrumen
e. Ilmu-ilmu lain
f. Penerapannya
g. Aliran dari teori yang mendasarinya.
Linguistik dilihat dari segi sifat telaahnya dapat dibagi menjadi :
a. Linguistik Mikro
Linguistik Mikro yang bersifat telaahnya lebih sempit artinya internal
b. Linguistik Makro
Linguistik Makro yang bersifat telaahnya lebih luas artinya eksternal
Linguistik dilihat dari segi Pendekatan Objeknya dengan demikian bahasa dapat dilihat secara :
a. Deskriptif
b. Historis Komparatif
c. Kontrastif
d. Sinkronis
e. Diakronis



















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajian atau lebih tepat lagi seperti dikuatkan Martinet.
Linguistik sendiri menerangkan tentang :
- Objek Linguistik
- Kegunaan Mempelajari Linguistik
- Bahasa sebagai Objek Linguistik
- Linguistik dari segi Sejarah
- Linguistik dan Subdisiplinnya.
B. Saran
Apabila dalam penulisan makalah ini ada kesalahan, saya atas nama penulis memohon untuk memberikan kritik, saran dan masukannya yang bersifat untuk membangunagar menuju kepada kesempurnaan.

















DAFTAR PUSTAKA


• Alisjahbana, St. Takdir; 1987. Tata Bahasa Baru Indonesia I. Jakarta, Dian Rakyat.
• _______; 1980. Tata Bahasa Baru Indonesia II. Jakarta, Dian Rakyat.
• Allen,J.P.B. dan Corder Pit.S. ( Ed ); 1973. Reading For Aplied Linguistics. London, Oxford University Press.
• Antilla, Raimo; 1972. An Introduction to Hostorical and Comparative Linguistics. New York – London; The Macmillan Co.
• Bierwisch, Manfred;1971. Modern Linguistics. The Hague – Paris : Mouton
• Bloomfield, L.; 1933. Language. New York … Holt, Tenehardt and Wingston.
• Bolinger, Dwight;1975. Aspects Of Language, New York … Harcourt Barace Jovanovich. Inc.
• Chomsky, Noam; 1972. Syntactic Srtuctures. The Hague – Paris : Mounton
• ________; 1975. Aspects of the Theory of Syntax. Cambridge, Massachusettt : MIT Press.
• Cook, Walter A.; 1969. Introduction to Tabmemic Analiysis. New York : Holt, Rinerhardt and Wington.
• Dardjowidjojo, Soejono; 1982. Dasar-Dasar Neurofisiologis dalam penguasaan bahasa, kertas kerja Seminar Pengajaran Bahasa. Jakarta.
• Filmore, Charles J.; 1968. The Case for Case dalam Universal in linguistic Theory. Emmon Bach dan Robert T. Harms. ( ED ); New York … Holt.
• Fudge, Erick C ( ED ); 1973. Phonology. Penguin Books.
• Gleason H.A. 1961. An Introduction to Descriptive Linguistics. New York …. Holt.
• Goossens,J.; 1972. Inleiding tot de Nederlandse Dialektologie. Tongeren : Drukkerij George Michiels N. V.

Makalah Landasan dan Asas Pendidikan



BAB I
Pendahuluan

1.1        Latar Belakang Masalah

          Kemajuan Ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi menyebabkan arus komunikasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini brdampak lagsung pada bidang Norma kehidupan dan ekonomi, seperti tersingkirnya tenaga kerja yang kurang berpendidikan dan kurang trampil, terkikisnya budaya lokal karena cepatnya arus informasi dan budaya global, serta menurunnya norma-norma masyarakat kita yang bersifat pluralistik sehingga raawan terhadap timbulnya gejolak sosial dan disintegrasi bangsa. Adanya pasar bebas, kemampuan bersaing, penguasaan pengetahuan dan tegnologi, menjadi semakin penting untuk kemajuan suatu bangsa. Ukuran kesejahteraan suatu bangsa telah bergeser dari modal fisik atau sumber daya alam ke modal intelektual, pengetahuan, sosial, dan kepercayaan. Hal ini membutuhkan pendidikan yang memberikan kecakapan hidup (Life Skill), yaitu yang memberikan keterampilan, kemahiran, dan keahlian dengan kompetensi tinggi pada peserta didik sehingga selalu mampu bertahan dalam suasana yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif dalam kehidupannya. Kecakapan ini sebenarnya telah diperoleh siswa sejak dini mulai pendidikan formal di sekolah maupun yang bersifat informal, yang akan membuatnya menjadi masyrakat berpengetahuan yang belajar sepanjang hayat (Lige Long Learning). Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk mnjemput masa depan.

          Makalah ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan-landasan pendidikan tersebut adalah filosofis, kultural, psikologis, serta ilmiah dan teknologi. Sedangkan asas yang dikalia adalah asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, kemandirian dalam belajar.





1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan landasan pendidikan?
b. Apa saja macam-macam landasan pendidikan?
c. Apakah yang dimaksud dengan asas-asas pendidikan?
d. Apa sajakah asas-asas pokok pendidikan?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian landasan pendidikan.
b. Untuk mengetahui macam-macam landasan pendidikan.
c. Untuk mengetahui pengertian asas-asas pendidikan.
d. Untuk mengetahui asas-asas pokok pendidikan.


BAB II
ISI

Landasan dan Asas-Asas Pendidikan serta Penerapannya
Pendidikan sebagai usaha dasar yang sistematis-sistemik selalu bertolak darisejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk mnjemput masa depan.
Bab III ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan-landasan pendidikan tersebut adalah filosofis, kultural, psikologis, serta ilmiah dan teknologi. Sedangkan asas yang dikalia adalah asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, kemandirian dalam belajar.

A.    LANDASAN PENDIDIKAN
1.     Landasan Filososfis
a.   Pengertian Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme
1.     ­Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial.
2.     Perenialisme
Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
3.     Pragmatisme dan Progresifme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
4.     Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.

5. Eksistensialis
Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas. Akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan dan komitmennya sendiri.

b.   Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.

2.   Landasan Sosiologis
a.   ­Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiolagi  pendidikan meliputi empat bidang:
1.   Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2.   Hubungan kemanusiaan.
3.   Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4.   Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
b.   Masyarakat indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan komplek.
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran)
3.   Landasan Kultural
a.   Pengertian Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baiksecara formal maupun informal.
Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
b.   Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidkan Nasional
Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini harsulah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.
4.   Landasan Psikologis
a.   Pengertian Landasan Filosofis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman etrhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
b.   Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.
5.   Landasan Ilmiah dan Teknologis
a.   Pengertian Landasan IPTEK
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi ke  dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
b.   Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat.
6. Landasan Hukum
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini , bila dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula. Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan.
a.      Pendidikan menurut Undang-Undang 1945
Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di Indonesia. Pasal – pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang – Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan yang satu menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap – tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2 pasal ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajar Pasal 32 pada Undang – Undang Dasar berbunyi : Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia yang diatur dengan Undang – Undang.
b.      Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional
Tidak semua pasal akan dibahas dalam makalah ini. Yang dibahas adalah pasal – pasal penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagai acuan untuk mengembangkan pendidikan. Pertama – tama adalah Pasal 1 Ayat 2 dan Ayat 7. Ayat 2 berbunyi sebagai berikut : Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang – Undang Dasar 45. Undang – undang ini mengharuskan pendidikan berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada pancasila dan Undang – Undang dasar 1945, yang selanjutnya disebut kebudayaan Indonesia saja. Ini berarti teori – teori pendidikan dan praktek – praktek pendidikan yang diterapkan di Indonesia, tidak boleh tidak haruslah berakar pada kebudayaan Indonesia.“Selanjutnya Pasal 1 Ayat 7 berbunyi : Tenaga Pendidik adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak menjadi tenaga kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan Tenaga Kependidikan tertera dalam pasal 27 ayat 2, yang mengatakan tenaga kependidikan mencakup tenaga pendidik, pengelola/kepala lembaga pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan, pustakawan, laporan, dan teknisi sumber belajar.”
7. Landasan Sejarah
Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang dapat didasari oleh konsep – konsep tertentu. Sejarah pendidikan di Indonesia. Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum Negara Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan di Indonesia juga cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh agama Islam, pendidikan pada zaman kemerdekaan. Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan ada tiga tokoh pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan, yang berjuang melalui pendidikan. Mereka membina anak-anak dan para pemuda melalui lembaganya masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan martabatnya yang hilang akibat penjajahan Belanda. Tokoh-tokoh pendidik itu adalah Mohamad Safei, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (TIM MKDK, 1990). Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch Nederlandse School di Sumatera Barat pada Tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di Kayutanam. Maksud ulama Syafei adalah mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka. Tokoh pendidik nasional berikutnya yang akan dibahas adalah Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta. Sifat, system, dan metode pendidikannya diringkas ke dalam empat keemasan, yaitu asas Taman Siswa, Panca Darma, Adat Istiadat, dan semboyan atau perlambang.Asas Taman Siswa dirumuskan pada Tahun 1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk menentang penjajah Belanda pada waktu itu. Tokoh ketiga adalah Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi Agama Islam pada tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian berkembang menjadi pendidikan Agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian besar memusatkan diri pada pengembangan agama Islam, dengan beberapa cirri seperti berikut (TIM MKDK, 1990). Asas pendidikannya adalah Islam dengan tujuan mewujudkan orang-orang muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri, dan berguna bagi masyarakat serta Negara. 
Ada lima butir yang dijadikan dasar pendidikan yaitu :
·         Perubahan cara berfikir
·         Kemasyarakatan
·         Aktivitas
·         Kreativitas
·         Optimisme
8. Landasan Sosial Budaya
Sosial mengacu kepada hubungan antar individu, antarmasyarakat, dan individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan.Sama halnya dengan sosial, aspek budaya inipun sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Sosiologi dan Pendidikan Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Proses sosial dimulai dari interaksi sosial dan dalam proses sosial itu selalu terjadi interaksi sosial. Interaksi dan proses sosial didasari oleh faktor-faktor berikut :
  §  Imitasi
  §  Sugesti
  §  Identifikasi
  §  Simpati
Kebudayaan dan Pendidikan Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989) Hassan (1983) misalnya mengatakan kebudayaan berisi :
(1) norma-norma
(2) folkways yang mencakup kebiasaan, adat, dan tradisi
(3) mores

Sementara itu Imran Manan (1989) menunjukkan lima komponen kebudayaan sebagai berikut : 1. Gagasan
 2. Ideologi
3. Norma
4. Teknologi
5. Benda

Agar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu :
1. Kesenian
2. Ilmu
3. Kepandaian

Kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia
2. Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, Nusa Tenggara Timur     dan sebagainya
3. Kebudayaan popular, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial danpola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan.





B.  ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara  asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam belajar.
1.   Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
      ·         Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
      ·         Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
      ·         Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
2.     Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
·         Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
·         Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
3.     Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).






PENERAPAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN

Sebagaimana telah dibicarakan dalam bahasan terdahulu ada dua asas-asas utama yang menjadi acuan pelaksanaan pendidikan, yakni:
1.      Asas Belajar Sepanjang Hayat
2.      Asas Tut Wuri Handayani
3.      Asas Kemandirian dalam Belajar

Untuk memberi gambaran bagaimana penerapan asas-asas tersebut di atas berturut-turut akan dibicarakan:
·         Keadaan yang ditemui sekarang
·         Permasalahan yang ada
·         Pengembangan penerapan asas-asas pendidikan.

Ø  Keadaan yang Ditemui Sekarang
 Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang:
1.      Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan. Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal; berbagai jenis pendidikan; dan berbagai jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi
2.      Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugsnya secara proporsional. Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air. Pembinaan guru dan tenaga guru dilaksanakan baik didalam negeri maupun diluar negeri
3.      Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas melalui pendidikan
4.      Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat: ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan ketrampilan, sarana pendidikan jasmani
5.      Pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan masyarakat yang bertujuan untuk:
a.       meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat secara berbudaya melalui berbagai cara belajar
b.      menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya
6.      Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur
7.      Usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan berbagai macam kegiatan olahraga untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di bidang olahraga
8.      Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi, ketrampilan serta ketahanan mental. 

Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah secara lintas sektoral telah mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan sepanjang hayat dengan cara pengadaan sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia yang menunjang.
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang, yakni :
1.      Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan yang diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri
2.      Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya
3.      Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama belajarnya
4.      Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri
5.      Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh diatas normal (Jurnal Pendidikan,1989).





BAB III
KESIMPULAN

3.1  Kesimpulanا
Ø  Landasan Pendidikan
a. Landasan Filososfis
b. Landasan Sosiolagis
c. Landasan Kultural
d. Landasan Psikologis
e. Landasan Ilmiah dan Teknologis

Ø  Pengertian Asas – Asas Pendidikan
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.

Ø  Asas Pokok Pendidikan
1. Asas Tut Wuri Handayani
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
3. Asas Kemandirian dalam Belajar





















DAFTAR PUSTAKA


Hartoto.2008. landasan dan asas-asas pendidikan serta penerapannya. [serial on line]. http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/12/bab-iii-landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta-penerapannya.[07 Oktober 2010]