BAB I
PENDAHULUAN
1.1
. Latar Belakang
Paragraf
merupakan bagian dari karangan (tulisan) atau bagian dari tuturan (kalau
lisan). Sebuah paragraph ditandai oleh suatu kesatuan gagasan yang lebih tinggi
atau lebih luas daripada kalimat. Oleh karena itu, paragraf umumnya terdiri
dari sejumlah kalimat. Kalimat-kalimat saling bertalian untuk mengungkapkan
sebuah gagasan tertentu.
Eksposisi (paparan)
adalah karangan / bentuk wacana yang berusaha menerangkan, menjelaskan, dan
menguraikan suatu objek dengan tujuan utama memberitahukan atau memberi
informasi mengenai objek tersebut sehingga dapat memperluas wawasan
dan pengetahuan pembaca.
Wacana eksposisi sama sekali tidak bermaksud
mempengaruhi atau mengubah sikap dan pendapat para pembacanya.Menulis
eksposisi sangat besar manfaatnya, karena sebagian besar masyarakat menyadari
pentingnya sebuah informasi.
1.2
. Tujuan Penulisan
Disamping
untuk memenuhi tugas mata kuliah, makalah ini disusun dengan tujuan untuk lebih
mengetahui tentang :
1.
Kaidah penulisan
paragraf eksposisi
2.
Langkah-langkah
penulisan paragraph eksposisi
3.
Point
penting dalam karangan / paragraf eksposisi
4.
Pola
pengembangan paragraf eksposisi
1.3
.
Rumusan Masalah
Untuk
membatasi pembahasan dan mempermudah dalam penyajian makalah ini, penulis
menyusun rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana
langkah-langkah menulis paragraf eksposisi?
2.
Apa
saja ciri-ciri wacana eksposisi?
3.
Apa
saja point penting dalam karangan atau paragraf
eksposisi?
4.
Apa
saja pola pengembangan paragraf eksposisi?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Paragraf
Eksposisi
Menulis eksposisi sangat menarik, karena berisi informasi. Pembaca atau pendengar
(bila kita menceritakannya) menyadari pentingnya sebuah informasi. Paragraf eksposisi dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti; apakah
itu? Dari mana asalnya?
.
Eksposisi adalah
karangan yang menyajikan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya,
pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang sejelas – jelasnya.
Banyak para
ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai definisi karangan eksposisi.
Pendapatnyapun bermacam-macam maka dari itu, di sini kita dapat memaparkan
beberapa pendapat dari para ahli tersebut.
1. Menurut
Jos. Daniel Parera (1987: 05) dalam buku Menulis
Tertib dan Sistematik mengatakan bahwa
tulisan eksposisi bertujuan untuk memberikan informasi. Pengarang dan penulis
berusaha memaparkan kejadian atau masalah agar pembaca dan pendengar
memahaminya dan pengarang mempunyai sejumlah data dan bukti sehingga, ia
berusaha menjelaskan persoalan dan kejadian ini demi kepentingan anda sendiri.
2. Menurut A. Chaedar Alwasilah dan Semmy Suzanna Alwasilah
(2005:111) Dalam Pokoknya Menulis eksposisi merupakan tulisan yang tujuan utamanya
mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan. Penulis
berniat untuk memberi informasi atau memberi petunjuk kepada pembaca. Di sini
eksposisi mengandalkan strategi pengembangan alinea seperti lewat pemberian
contoh, proses, sebab akibat, klasifiksasi, definisi, analisis, komperasi dan
kontras.
3. Menurut Aceng Hasani (2005: 30) dalam buku Ikhwal Menulis juga mendefinisikan bahwa eksposisi merupakan bentuk tulisan yang sering
digunakan dalam menyampaikan uraian ilmiah dan tidak berusaha mempengaruhi
pendapat pembaca. Melalui eksposisi pembaca tidak dipaksa untuk menerima
pendapat penulis, setiap pembaca boleh menolak dan menerima apa yang
dikemukakan oleh penulis.
Dari ketiga
ahli di atas, mungkin kita dapat melihat persamaan dan perbedaan dari beberapa
definisi Eksposisi. Contohnya saja pada tahun 1987, buku yang ditulis Jos.
Daniel Parera menjelaskan definisi eksposisi hanya sebatas sebuah karangan yang
ditulis untuk memberikan sebuah informasi agar pembaca dapat memahami tulisan
tersebut. Di sisi lain Chaedar Alwasilah dan Semmy Suzanna Alwasilah mungkin
saja sependapat dengan Jos Daniel Parera A, namun Chaedar dan Semmy
mengembangkan definisi tersebut dalam tulisannya pada tahun 2005, hanya saja
mereka berdua menambahkan tujuan penulisan karangan eksposisi seperti
mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik atau mengevaluasi sebuah persoalan ke
dalam definisi eksposisi.
2.1 . Kaidah
Penulisan
A. Langkah-langkah menulis eksposisi:
1. Menetapkan tema tulisan
Agar kita tidak terlalu
sulit dalam menulis dan tulisan tidak menjadi dangkal tema yang akan diuraikan
jangan terlalu luas atau umum. Misalnya eksposisi dengan tema “lalu lintas”
terlalu luas, kita dapat mempersempit tema tersebut menjadi lebih
kecil seperti:
a. kemacetan lalu lintas di jalan raya
b. pelanggaran lalu lintas di jalan raya
c. peranan polisi dalam lalu lintas di jalan raya
d. disiplin masyarakat berlalu lintas di jalan
raya, dsb.
2. Menentukan tujuan tulisan
Tujuan tulisan ditetapkan agar pokok persoalan
yang kita tulis mudah dipahami pembaca. Misalnya kita akan menulis eksposisi dengan
tema “kemacetan lalu lintas di jalan raya”, tujuan menulis dapat ditentukan,
seperti:
a. Menjelaskan bahwa setiap hari lalu lintas di
jalan raya mengalami kemacetan
b. Menerangkan bahwa kemacetan lalu lintas di jalan
raya dapat mengganggu kegiatan kita.
c. Menerangkan bahwa ada beberapa penyebab
munculnya kemacetan lalu lintas di jalan raya
d. Menjelaskan akibat yang ditimbulkan oleh
kemacetan lalu lintas di jalan raya, dsb.
3. Mengumpulkan bahan tulisan
Bahan tulisan eksposisi
dapat diperoleh melalui berbagai sumber, misalnya sumber
tertulis (koran, buku, majalah, dsb), wawancara dengan
nara sumber, pengamatan langsung terhadap suatu objek, angket yang
kita sebarkan kepada masyarakat, dsb.
4. Membuat kerangka tulisan
Kerangka
tulisan kita buat berdasarkan bahan-bahan yang telah diperoleh.
B.
Ciri-ciri
wacana eksposisi:
1. Menjelaskan fakta, proses sesuatu, pendapat,
keyakinan dan sebagainya.
2.
Memerlukan fakta yang
diperkuat dengan angka, data, peta, grafik dan sebagainya untuk memperjelas
informasi.
3.
Memerlukan analisis
(penalaran)
4.
Menggali sumber ide dari
pengamatan, pengalaman, penelitian, sikap, dan keyakinan.
5.
Menggunakan bahasa yang
informatif dengan kata-kata denotatif.
6.
Eksposisi panjang
mengandung tiga bagian utama yaitu pendahuluan, tubuh (isi)
eksposisi , dan penutup (penutup eksposisi berupa penegasan )
C.
Beberapa
Point Penting Karangan / Paragraf Eksposisi
1. Topik
Dalam Karangan Eksposisi
a.
Data
faktual, yaitu suatu kondisi yang benar-benar terjadi, ada, dan dapat bersifat
historis tentang bagaimana suatu alat bekerja, bagaimana suatu peristiwa
terjadi, dan sebagainya;
b.
Suatu
analisis atau penafsiran objektif terhadap seperangkat fakta; dan
c. Fakta
tentang seseorang yang berpegang teguh pada suatu pendirian.
2.
Contoh Urutan Analisis Eksposisi
a. urutan kronologis/proses,
biasanya memaparkan proses, yaitu memberi penjelasan tentang bekerjanya sesuatu
atau terjadinya suatu peristiwa,
b. urutan
fungsional,
c. urutan atau
analisis sebab akibat, dan
d.
analisis perbandingan.
3.
Langkah-langkah Menulis Eksposisi
a. menentukan tema,
b. menentukan
tujuan karangan,
c. memilih data
yang sesuai dengan tema, dan
d. membuat kerangka
karangan, mengembangkan kerangka menjadi karangan.
4. Langkah-langkah
Menyusun Paragraf Proses
Pola
pengembangan karangan eksposisi bisa bermacam-macam, di antaranya pola
pengembangan proses. Paragraf proses itu menyangkut jawaban atas pertanyaan
bagaimana bekerjanya, bagaimana mengerjakan hal itu (membuat hal ini),
bagaimana barang itu disusun, bagaimana hal itu terjadi. Berikut langkah
penulisannya :
a.
Penulis
harus mengetahui perincian secara menyeluruh.
b. Membagi
perincian atas tahaptahap kejadiannya. Bila tahap - tahap kejadian ini
berlangsung dalam waktu yang berlainan, penulis harus memisahkan dan
mengurutkannya secara kronologis.
2.1
Pengembangan
Paragraf Eksposisi
·
Pola
Pengembangan Eksposisi
Terdiri
dari beberapa macam pola, yaitu :
1. Pola pengembangan proses
Proses merupakan suatu urutan dari
tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan
sesuatu atau perurutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Pada pola
pengembangan proses penulis menjelaskan tiap urutan ke dalam detail-detail yang
tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh proses itu dengan jelas. Untuk
menyusun sebuah proses, langkah-lagkahnya adalah sebagai berikut.
1) penulis
harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh.
2) penulis
harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya.
3) penulis
menjelaskan tiap urutan itu ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pebaca dapat
melihat seluruh proses itu dengan jelas.
Kata penghubung yang biasa digunakan
pada pola pengembangan proses adalah mula-mula, lalu, kemudian, setelah
itu, dan sebagainya.
Contoh:
Setelah
dituang dari tabung bambu, cairan manis tersebut kemudian disaring,
ditampung dalam tempayan kemudian direbus sampai mendidih. Dalam waktu lebih
kurang 2 jam cairan tersebut akan mengental dan berwarna coklat. Selanjutnya
diturunkan dan diaduk dengan posisi miring, agar menjadi dingin. Lebih kurang
20 menit, cairan gula merah tersebut siap dicetak, sesuai dengan bentuk yang
diinginkan.
2. Pola pengembangan definisi
Pada pola pengembangan definisi ini
paragraf dikembangkan dengan memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah
istilah atau hal. Di sini kita tidak menghadapi hanya suatu kalimat, tetapi
suatu rangkaian kalimat untuk menjelaskan suatu hal.
Contoh:
Ozone therapy adalah pengobatan
suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen murni dan ozon berenergi tinggi
ke dalam tubuh melalui darah. Ozone therapy merupakan terapi yang sangat
bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita
maupun sebagai pencegah penyakit.
3. Pola pengembangan contoh/ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum
memerlukan ilustrasi/contoh yang konkret. Dalam eksposisi, contoh-contoh
tersebut tidak berfungsi untuk membuktikan suatu pendapat, tetapi contoh-contoh
tersebut dipakai untuk menjelaskan dan menegaskan ide, gagasan, dan maksud
penulis. Dalam hal ini pengalaman pribadi merupakan bahan ilustrasi/contoh yang
paling efektif dalam menjelaskan gagasan-gagasan umum tersebut.
Kata penghubung yang biasa
digunakan pada pola pengembangan contoh/ilustrasi adalah misalnya,
seperti, contoh, dan sebagainya.
Contoh:
Sebenarnya, kondisi ekonomi kita
sudah relatif membaik. Indikatornya dapat dilihat dari berbagai aspek.
Misalnya, dalam bidang otomotif. Setiap hari kita temukan aneka kendaraan
melintas di jalan raya. Sepeda motor baru, mobil pun baru. Ini menandakan bahwa
taraf hidup masyarakat mulai membaik. Indikator lain seperti daya beli
masyarakat akan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Dalam bidang papan,
misalnya, banyak warga masyarakat yang membangun tempat tinggal yang permanen.
4. Pola pengembangan perbandingan
Pola pengembangan paragraf yang dikembangkan
dengan menggunakan dua sudut pandang perbandingan secara berpasangan, misalnya
unsur kesamaan dan perbedaan, keuntungan dan kerugian, kelebihan dan
kekurangan. Kalimat utama dalam paragraf perbandingan menyatakan dua hal yang
akan dibandingkan. Maksud dari perbandingan itu antara lain untuk menjelaskan
pada suatu penilaian yang relatif mengenai kedua hal yang dibandingkan itu.
Kata penghubung yang biasa digunakan
pada pola pengembangan perbandingan adalah dibandingkan dengan, jika
dibandingkan dengan, daripada, dan sebagainya.
Contoh:
Dalam
kesusastraan Indonesia kita mengenal karya sastra yang disebut pantun dan
syair. Kedua karya sastra itu berbentuk puisi dan tergolong karya sastra lama.
Keduanya memiliki jumlah baris yang sama dalam tiap bait, yaitu empat baris.
Baik pantun maupun syair sekarang jarang dijumpai pada karya sastra masa kini.
Kalau pun ada biasanya hanya dalam nyayian saja.
5. Pola pengembangan pertentangan/kontras
Berbeda dengan pola perbandingan,
pola pertentangan hanya mempertentangkan atau menyatakan perbedaan dari dua hal
yang dibandingkan. Kalimat utama menjelaskan inti perbedaan yang dilihat dari
sudut pandang tertentu, misalnya fungsi, ciri, ukuran fisik, dan sebagainya.
Kata penghubung yang biasa digunakan
pada pola pengembangan pertentangan/kontras adalah berbeda, berbeda
dengan, akan tetapi, tetapi, namun, padahal, sebaliknya, dan
sebagainya.
Contoh:
Tugas seorang konduktor pada
pergelaran orkestra di negara-negara barat berbeda dengan kebanyakan konduktor
pergelaran orkestra di Indonesia. Konduktor pergelaran orkestra di negara barat
bertanggung jawab penuh pada kualitas musik orkestra yang ditampilkan. Syarat
utama menjadi konduktor tentu secara musikal harus memiliki wawasan yang luas
dan mendalam, baik secara teoretis maupun praktis. Berbeda dengan konduktor
negara barat, menurut penuturan Widya Kristanti, seperti halnya dirinya, di
Indonesia konduktor untuk orkestra, khusunya yang bersifat populer, umumnya
tidak mempunyai latar belakang akademis. Bahkan lebih dari itu, kebanyakan
konduktor tersebut masih bekerja rangkap sebagai music director ( pimpinan
pergelaran musik) dan masih terkait dengan masalah-masalah prapoduksi dan
produksi pergelaran musik itu sendiri.
6. Pola pengembangan analogi
Pola analogi merupakan perbandingan
yang sistematis dari dua hal yang berbeda tetapi dengan memperlihatkan kesamaan
segi atau fungsi dari kedua hal yang dibandingkan tadi. Jika dalam pola
perbandingan berusaha menunjukkan kesamaan antara dua hal dalam kelas yang sama,
tetapi dalam pola analogi menunjukkan kesamaan antara dua hal yang berlainan
kelas.
Kata penghubung yang digunakan dalam
pola pengembangan analogi sama dengan pada pola pengembangan perbandingan.
Contoh:
Struktur suatu karangan atau buku
pada hakikatnya mirip atau sama dengan suatu pohon. Bila pohon dapat diuraikan
menjadi batang, dahan, ranting, dan daun, maka karangan atau buku dapat
diuraikan menjadi tubuh karangan, bab, sub-bab, dan paragraf. Tubuh karangan
sebanding dengan batang, bab sebanding dengan dahan, sub-bab sebanding dengan
ranting, dan paragraf sebanding dengan daun.
7. Pola pengembangan umum-khusus atau
khusus-umum
Pola pengembangan umum-khusus
berarti memaparkan suatu permasalahan bertolak dari suatu pernyataan yang
bersifat umum kemudian berangsur-angsur menyempit ke hal-hal yang bersifat
khusus. Hal atau pernyataan yang bersifat umum berkedudukan sebagai pokok
informasi (pikiran utama), sedangkan hal yang bersifat khusus berkedudukan
sebagai informasi tambahan (pikiran penjelas). Apabila pola ini dibalik, yaitu
memaparkan hal-hal yang bersifat khusus kemudian memuncak pada hal yang
bersifat umum, pola pengembangannya bergeser menjadi khusus-umum.
Contoh 1 (umum-khusus):
Sifat konflik di negeri ini sudah
mulai bergeser dari vertikal ke horizontal. Semula konflik vertikal, yaitu
konflik antara rakyat setempat dan pemerintah pusat, hanya terjadi di
daerah-daerah tertentu yang secara historis memang memiliki potensi konflik
seperti Aceh dan Papua. Kini konfliknya berubah sifat menjadi horizontal, yaitu
antara sesama warga masyarakat. Konflik horizontal ini umumnya dipicu oleh
suatu isu tertentu yang entah dihembuskan oleh siapa, kemudian isu tersebut
direspon positif oleh warga masyarakat. Terjadilah pro dan kontra di kalangan
warga. Kondisi seperti ini dimanfaatkan dengan sangat baik oleh mereka yang
kita kenal sebagai provokator.
Contoh 2 (khusus-umum):
Manggarai
dengan lahan sawah seluas sekitar 25 ha adalah kabupaten penghasil beras di
NTT. Sampai saat ini belum diketahui luas areal sawah yang telah diolah dengan
pola pertanian organic yang digerakkan Pastoran Fransiskan, luas arealnya masih
terbatas. Itu berarti dorongan kearah pertanian organic di Manggarai
masih merupakan perjuangan panjang.
8. Pola pengembangan klasifikasi
Klasifikasi adalah sebuah proses
untuk mengelompokkan hal-hal atau sesuatu yang dianggap memiliki kesamaan
tertentu. Paragraf eksposisi klasifikasi dikembangkan berdasarkan suatu
kategori umum kemudian diikuti dengan penjelasan anggotanya. Pola pengembangan
klasifikasi pada dasarnya hanya menyebutkan sejumlah kategori menurut sudut
pandang tertentu.
Contoh:
Pemerintah akan memberikan bantuan
pembangunan rumah atau bangunan kepada korban gempa. Bantuan pembangunan rumah
tersebut disesuaikan dengan tingkat kerusakannya. Warga yang rumahnya rusak
ringan mendapat bantuan sekitar 10 juta. Warga yang rumahnya rusak sedang
mendapat bantuan sekitar 20 juta. Warga yang rumahnya rusak berat mendapat
bantuan sekitar 30 juta. Calon penerima bantuan tersebut ditentukan oleh aparat
desa setempat dengan pengawasan dari pihak LSM.
9. Pola pengembangan sebab-akibat
Pengembangan paragraf eksposisi
dapat pula dinyatakan dengan mempergunakan sebab-akibat. Dalam hal ini, sebab
bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai
perincian pengembangannya. Atau sebaliknya, akibat sebagai gagasan
utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan
sejumlah sebab sebagai perinciannya.
Kata penghubung yang biasa digunakan
pada pola pengembangan sebab-akibat adalah sebab, akibatnya, sehingga,
maka, dan sebagainya
Contoh:
Krisis
minyak bumi menambah parahnya inflasi. Dalam waktu singkat harga minyak naik
empat kali lipat. Biaya produksi pun naik karena pabrik banyak menggunakan
bahan bakar minyak untuk mengoperasikan mesin. Harga barang-barang di pasaran
juga menjadi semakin tinggi. Akibatnya, daya beli masyarakat menjadi
semakin menurun.
Menilai
Karangan Eksposisi
Dalam menilai karangan eksposisi terdapat beberapa
aspek yang dinilai, yaitu:
1.
ISI
·
Fakta
·
Pemahaman
·
Logis
2.
Teknik
Karangan
·
Kesesuaian
antar paragraf
·
Pengembangan
paragraf (induktif dan deduktif)
3.
Mekanik
·
Ejaan
·
Tanda Baca
·
Kosa kata
·
Struktur
kalimat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Eksposisi adalah salah
satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis
dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya
penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Eksposisi adalah karangan yang
menyajikan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya, pembaca mendapat
pengetahuan atau informasi yang sejelas – jelasnya.
Eksposisisi hanya berusaha menegaskan
dan menerangkan suatu pokok persoalan. Dalam eksposisi atau pemaparan ,penulis
menyerahkan keputusannya kepada pembaca.
Tujuan paragraf eksposisi adalah
memaparkan atau menjelaskan sesuatu agar pengetahuan pembaca bertambah. Oleh
karena itu, topik-topik yang dikembangkan dalam paragraf eksposisi berkaitan
dengan penyampaian informasi.
3.2 Saran
Menulis eksposisi dengan baik adalah
dengan cara kemampuan untuk menganalisa persoalan tersebut secara jelas dan
konkrit.Bahan yang dikumpulkan hanya merupakan bahan mati,bahan ramuan,yang tak
berguna bagi tangan-tangan yang tidak ahli. Bahan yang dikumpulkan dengan
berbagai cara di atas,harus diolah,diseleksi,dievaluasi,dan dianalisa untuk
dituangkan dalam sebuah karangan yang berbentuk final.Semakin baik evaluasi dan
analisa yang diadakan,semakin baik nilai eksposisi yang ditulisnya.
Penulis harus mengetahui serba sedikit
tentang subyeknya. Dengan mengetahui serba sedikit tentang subyek yang akan
digarapnya, ia dapat memperluas pengetahuannya mengenai hal itu, entah melalui
penelitian lapangan, wawancara, atau melalui penelitian kepustakaan.Dari hasil
penelitiannya itu ia mengumpulkan bahan sebanyak-banyak,dievaluasi,untuk
kemudian ditampilkan dalam tulisannya itu.
DAFTAR
PUSTAKA
Asrom dkk. 1997. Dari
Narasi hingga Argumentasi. Jakarta: Erlangga.
Keraf, Gorys.
1985. Eksposisi Komposisi Lanjutan II. Jakarta: PT Grasindo.
Soedjito dan Mansur
Hasan. 1986. Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung: CV Remaja
Karya.
Yulianto, Sarno dkk.
2005. Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA Kelas X.
Surakarta: Widya Duta
http://solehamin.wordpress.com/tentang-kami/artikel-3/
Alwasilah, A. Chaedar.
2005. Pokoknya Menulis. Cetakan Pertama. Bandung: Kiblat
Buku Utama.
Finoza,
Lamudin. 2009. Komposisi bahasa Indonesia. Jakarta : Diksi Insan Mulia.
Hasani,
Aceng. 2005. Ikhwal Menulis. Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Press.
Keraf,
Gorys. 1988. Komposisi. Ende : Nusa Indah.
Parera. Jos.
Daniel. 1987. Menulis Tertib dan Sitematik. Cetakan Kedua. Jakarta :
Elrangga.
Sumadiria,
AS. Haris. 2005. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Cetakan Kedua Bandung
: Simbiosa Rekatama Media.
Wahab,
Abdul. 1999. Menulis Karya Ilmiah. Surabaya : Ailrangga Unversity Press.
Yunus,
Muhammad, dan Suparno. 2006.Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar