Sabtu, 04 Januari 2014

Paragraf Eksposisi



BAB I
PENDAHULUAN
1.1            . Latar Belakang
Paragraf merupakan bagian dari karangan (tulisan) atau bagian dari tuturan (kalau lisan). Sebuah paragraph ditandai oleh suatu kesatuan gagasan yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat. Oleh karena itu, paragraf umumnya terdiri dari sejumlah kalimat. Kalimat-kalimat saling bertalian untuk mengungkapkan sebuah gagasan tertentu.
Eksposisi (paparan) adalah karangan / bentuk wacana yang berusaha menerangkan, menjelaskan, dan menguraikan suatu objek dengan tujuan utama memberitahukan atau memberi informasi  mengenai objek tersebut sehingga dapat memperluas wawasan dan pengetahuan pembaca.
Wacana eksposisi sama sekali tidak bermaksud mempengaruhi atau mengubah sikap dan pendapat para pembacanya.Menulis eksposisi sangat besar manfaatnya, karena sebagian besar masyarakat menyadari pentingnya sebuah informasi.

1.2            . Tujuan Penulisan
Disamping untuk memenuhi tugas mata kuliah, makalah ini disusun dengan tujuan untuk lebih mengetahui tentang :
1.      Kaidah penulisan paragraf eksposisi
2.      Langkah-langkah penulisan paragraph eksposisi
3.      Point penting dalam karangan / paragraf eksposisi
4.       Pola pengembangan paragraf eksposisi

1.3            . Rumusan Masalah
Untuk membatasi pembahasan dan mempermudah dalam penyajian makalah ini, penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana langkah-langkah menulis paragraf eksposisi?
2.      Apa saja ciri-ciri wacana eksposisi?
3.      Apa saja point penting dalam karangan atau paragraf eksposisi?
4.      Apa saja pola pengembangan paragraf eksposisi?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Paragraf Eksposisi
Menulis eksposisi sangat menarik, karena berisi informasi. Pembaca atau pendengar (bila kita menceritakannya) menyadari pentingnya sebuah informasi. Paragraf eksposisi dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti; apakah itu? Dari mana asalnya? .
Eksposisi adalah karangan yang menyajikan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya, pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang sejelas – jelasnya.
Banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai definisi karangan  eksposisi. Pendapatnyapun bermacam-macam maka dari itu, di sini kita dapat memaparkan beberapa pendapat dari para ahli tersebut.
1.   Menurut Jos.  Daniel Parera (1987: 05) dalam buku Menulis Tertib dan Sistematik mengatakan bahwa tulisan eksposisi bertujuan untuk memberikan informasi. Pengarang dan penulis berusaha memaparkan kejadian atau masalah agar pembaca dan pendengar memahaminya dan pengarang mempunyai sejumlah data dan bukti sehingga, ia berusaha menjelaskan persoalan dan kejadian ini demi kepentingan anda sendiri.
2.  Menurut A. Chaedar Alwasilah dan Semmy Suzanna Alwasilah (2005:111) Dalam Pokoknya Menulis eksposisi merupakan tulisan yang tujuan utamanya mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan. Penulis berniat untuk memberi informasi atau memberi petunjuk kepada pembaca. Di sini eksposisi mengandalkan strategi pengembangan alinea seperti lewat pemberian contoh, proses, sebab akibat, klasifiksasi, definisi, analisis, komperasi dan kontras.
3.  Menurut Aceng Hasani (2005: 30) dalam buku Ikhwal Menulis juga mendefinisikan bahwa eksposisi merupakan bentuk tulisan yang sering digunakan dalam menyampaikan uraian ilmiah dan tidak berusaha mempengaruhi pendapat pembaca. Melalui eksposisi pembaca tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis, setiap pembaca boleh menolak dan menerima apa yang dikemukakan oleh penulis.
         Dari ketiga ahli di atas, mungkin kita dapat melihat persamaan dan perbedaan dari beberapa definisi Eksposisi. Contohnya saja pada tahun 1987, buku yang ditulis Jos. Daniel Parera menjelaskan definisi eksposisi hanya sebatas sebuah karangan yang ditulis untuk memberikan sebuah informasi agar pembaca dapat memahami tulisan tersebut. Di sisi lain Chaedar Alwasilah dan Semmy Suzanna Alwasilah mungkin saja sependapat dengan Jos Daniel Parera A, namun Chaedar dan Semmy mengembangkan definisi tersebut dalam tulisannya pada tahun 2005, hanya saja mereka berdua menambahkan tujuan penulisan karangan eksposisi seperti mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik atau mengevaluasi sebuah persoalan ke dalam definisi eksposisi.

2.1  . Kaidah Penulisan
A.      Langkah-langkah menulis eksposisi:

1.      Menetapkan tema tulisan
Agar kita tidak terlalu sulit dalam menulis dan tulisan tidak menjadi dangkal tema yang akan  diuraikan jangan terlalu luas atau umum. Misalnya eksposisi dengan tema “lalu lintas” terlalu luas, kita dapat mempersempit tema tersebut  menjadi lebih kecil seperti:
a.       kemacetan lalu lintas di jalan raya
b.      pelanggaran lalu lintas di jalan raya
c.       peranan polisi dalam lalu lintas di jalan raya
d.      disiplin masyarakat berlalu lintas di jalan raya, dsb.

2.      Menentukan tujuan tulisan
Tujuan tulisan ditetapkan agar pokok persoalan yang kita tulis mudah dipahami pembaca. Misalnya kita akan menulis eksposisi dengan tema “kemacetan lalu lintas di jalan raya”, tujuan menulis dapat ditentukan, seperti:
a.       Menjelaskan bahwa setiap hari lalu lintas di jalan raya mengalami kemacetan
b.      Menerangkan bahwa kemacetan lalu lintas di jalan raya dapat mengganggu kegiatan kita.
c.       Menerangkan bahwa ada beberapa penyebab munculnya kemacetan lalu lintas di jalan raya
d.      Menjelaskan akibat yang ditimbulkan oleh kemacetan lalu lintas di jalan raya, dsb.


3.      Mengumpulkan bahan tulisan
Bahan tulisan eksposisi dapat diperoleh  melalui berbagai sumber, misalnya sumber tertulis (koran, buku, majalah, dsb), wawancara dengan nara sumber, pengamatan langsung terhadap suatu objek, angket yang kita sebarkan kepada masyarakat, dsb.

4.      Membuat kerangka tulisan
Kerangka tulisan kita buat berdasarkan bahan-bahan yang telah diperoleh.

B.     Ciri-ciri wacana eksposisi:

1.      Menjelaskan fakta, proses sesuatu, pendapat, keyakinan dan sebagainya.
2.      Memerlukan fakta yang diperkuat dengan angka, data, peta, grafik dan sebagainya untuk memperjelas informasi.
3.      Memerlukan analisis (penalaran)
4.      Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, penelitian, sikap, dan keyakinan.
5.      Menggunakan bahasa yang informatif  dengan kata-kata denotatif.
6.      Eksposisi panjang mengandung tiga bagian utama yaitu  pendahuluan, tubuh (isi) eksposisi , dan penutup (penutup eksposisi berupa penegasan )

C.    Beberapa Point Penting Karangan / Paragraf Eksposisi
1.      Topik Dalam Karangan Eksposisi
a.       Data faktual, yaitu suatu kondisi yang benar-benar terjadi, ada, dan dapat bersifat historis tentang bagaimana suatu alat bekerja, bagaimana suatu peristiwa terjadi, dan sebagainya;
b.      Suatu analisis atau penafsiran objektif terhadap seperangkat fakta; dan
c.       Fakta tentang seseorang yang berpegang teguh pada suatu pendirian.
2.      Contoh Urutan Analisis Eksposisi
a.       urutan kronologis/proses, biasanya memaparkan proses, yaitu memberi penjelasan tentang bekerjanya sesuatu atau terjadinya suatu peristiwa,
b.      urutan fungsional,
c.       urutan atau analisis sebab akibat, dan
d.      analisis perbandingan.
3.      Langkah-langkah Menulis Eksposisi
a.       menentukan tema,
b.      menentukan tujuan karangan,
c.       memilih data yang sesuai dengan tema, dan
d.      membuat kerangka karangan, mengembangkan kerangka menjadi karangan.


4.      Langkah-langkah Menyusun Paragraf Proses
Pola pengembangan karangan eksposisi bisa bermacam-macam, di antaranya pola pengembangan proses. Paragraf proses itu menyangkut jawaban atas pertanyaan bagaimana bekerjanya, bagaimana mengerjakan hal itu (membuat hal ini), bagaimana barang itu disusun, bagaimana hal itu terjadi. Berikut langkah penulisannya :
a.       Penulis harus mengetahui perincian secara menyeluruh.
b.      Membagi perincian atas tahaptahap kejadiannya. Bila tahap - tahap kejadian ini berlangsung dalam waktu yang berlainan, penulis harus memisahkan dan mengurutkannya secara kronologis.

2.1            Pengembangan Paragraf  Eksposisi
·         Pola Pengembangan Eksposisi
Terdiri dari beberapa macam pola, yaitu :
1.   Pola pengembangan proses
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau perurutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Pada pola pengembangan proses penulis menjelaskan tiap urutan ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh proses itu dengan jelas. Untuk menyusun sebuah proses, langkah-lagkahnya adalah sebagai berikut.
1)        penulis harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh.
2)        penulis harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya.
3)        penulis menjelaskan tiap urutan itu ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pebaca dapat melihat seluruh proses itu dengan jelas.
Kata penghubung yang biasa digunakan pada pola pengembangan proses adalah mula-mula, lalu, kemudian, setelah itu, dan sebagainya.
Contoh:
       Setelah dituang dari tabung bambu,  cairan manis tersebut kemudian disaring, ditampung dalam tempayan kemudian direbus sampai mendidih. Dalam waktu lebih kurang 2 jam cairan tersebut akan mengental dan berwarna coklat. Selanjutnya diturunkan dan diaduk dengan posisi miring, agar menjadi dingin. Lebih kurang 20 menit, cairan gula merah tersebut siap dicetak, sesuai dengan bentuk yang diinginkan.


2.   Pola pengembangan definisi
Pada pola pengembangan definisi ini paragraf dikembangkan dengan memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau hal. Di sini kita tidak menghadapi hanya suatu kalimat, tetapi suatu rangkaian kalimat untuk menjelaskan suatu hal.
Contoh:
Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen murni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah. Ozone therapy merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.

3.   Pola pengembangan contoh/ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi/contoh yang konkret. Dalam eksposisi, contoh-contoh tersebut tidak berfungsi untuk membuktikan suatu pendapat, tetapi contoh-contoh tersebut dipakai untuk menjelaskan dan menegaskan ide, gagasan, dan maksud penulis. Dalam hal ini pengalaman pribadi merupakan bahan ilustrasi/contoh yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan-gagasan umum tersebut.
Kata penghubung yang  biasa digunakan pada pola pengembangan contoh/ilustrasi adalah misalnya, seperti, contoh, dan sebagainya.
Contoh:
Sebenarnya, kondisi ekonomi kita sudah relatif membaik. Indikatornya dapat dilihat dari berbagai aspek. Misalnya, dalam bidang otomotif. Setiap hari kita temukan aneka kendaraan melintas di jalan raya. Sepeda motor baru, mobil pun baru. Ini menandakan bahwa taraf hidup masyarakat mulai membaik. Indikator lain seperti daya beli masyarakat akan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Dalam bidang papan, misalnya, banyak warga masyarakat yang membangun tempat tinggal yang permanen.



4. Pola pengembangan perbandingan
Pola pengembangan paragraf yang dikembangkan dengan menggunakan dua sudut pandang perbandingan secara berpasangan, misalnya unsur kesamaan dan perbedaan, keuntungan dan kerugian, kelebihan dan kekurangan. Kalimat utama dalam paragraf perbandingan menyatakan dua hal yang akan dibandingkan. Maksud dari perbandingan itu antara lain untuk menjelaskan pada suatu penilaian yang relatif mengenai kedua hal yang dibandingkan itu.
Kata penghubung yang biasa digunakan pada pola pengembangan perbandingan adalah dibandingkan dengan, jika dibandingkan dengan, daripada, dan sebagainya.
Contoh:
       Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal karya sastra yang disebut pantun dan syair. Kedua karya sastra itu berbentuk puisi dan tergolong karya sastra lama. Keduanya memiliki jumlah baris yang sama dalam tiap bait, yaitu empat baris. Baik pantun maupun syair sekarang jarang dijumpai pada karya sastra masa kini. Kalau pun ada biasanya hanya dalam nyayian saja.

5. Pola pengembangan pertentangan/kontras
Berbeda dengan pola perbandingan, pola pertentangan hanya mempertentangkan atau menyatakan perbedaan dari dua hal yang dibandingkan. Kalimat utama menjelaskan inti perbedaan yang dilihat dari sudut pandang tertentu, misalnya fungsi, ciri, ukuran fisik, dan sebagainya.
Kata penghubung yang biasa digunakan pada pola pengembangan pertentangan/kontras adalah berbeda, berbeda dengan, akan tetapi, tetapi, namun, padahal, sebaliknya, dan sebagainya.
Contoh:
Tugas seorang konduktor pada pergelaran orkestra di negara-negara barat berbeda dengan kebanyakan konduktor pergelaran orkestra di Indonesia. Konduktor pergelaran orkestra di negara barat bertanggung jawab penuh pada kualitas musik orkestra yang ditampilkan. Syarat utama menjadi konduktor tentu secara musikal harus memiliki wawasan yang luas dan mendalam, baik secara teoretis maupun praktis. Berbeda dengan konduktor negara barat, menurut penuturan Widya Kristanti, seperti halnya dirinya, di Indonesia konduktor untuk orkestra, khusunya yang bersifat populer, umumnya tidak mempunyai latar belakang akademis. Bahkan lebih dari itu, kebanyakan konduktor tersebut masih bekerja rangkap sebagai music director ( pimpinan pergelaran musik) dan masih terkait dengan masalah-masalah prapoduksi dan produksi pergelaran musik itu sendiri.

6.   Pola pengembangan analogi
Pola analogi merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda tetapi dengan memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari kedua hal yang dibandingkan tadi. Jika dalam pola perbandingan berusaha menunjukkan kesamaan antara dua hal dalam kelas yang sama, tetapi dalam pola analogi menunjukkan kesamaan antara dua hal yang berlainan kelas.
Kata penghubung yang digunakan dalam pola pengembangan analogi sama dengan pada pola pengembangan perbandingan.
Contoh:
Struktur suatu karangan atau buku pada hakikatnya mirip atau sama dengan suatu pohon. Bila pohon dapat diuraikan menjadi batang, dahan, ranting, dan daun, maka karangan atau buku dapat diuraikan menjadi tubuh karangan, bab, sub-bab, dan paragraf. Tubuh karangan sebanding dengan batang, bab sebanding dengan dahan, sub-bab sebanding dengan ranting, dan paragraf sebanding dengan daun.

7.   Pola pengembangan umum-khusus atau khusus-umum
Pola pengembangan umum-khusus berarti memaparkan suatu permasalahan bertolak dari suatu pernyataan yang bersifat umum kemudian berangsur-angsur menyempit ke hal-hal yang bersifat khusus. Hal atau pernyataan yang bersifat umum berkedudukan sebagai pokok informasi (pikiran utama), sedangkan hal yang bersifat khusus berkedudukan sebagai informasi tambahan (pikiran penjelas). Apabila pola ini dibalik, yaitu memaparkan hal-hal yang bersifat khusus kemudian memuncak pada hal yang bersifat umum, pola pengembangannya bergeser menjadi khusus-umum.


Contoh 1 (umum-khusus):
Sifat konflik di negeri ini sudah mulai bergeser dari vertikal ke horizontal. Semula konflik vertikal, yaitu konflik antara rakyat setempat dan pemerintah pusat, hanya terjadi di daerah-daerah tertentu yang secara historis memang memiliki potensi konflik seperti Aceh dan Papua. Kini konfliknya berubah sifat menjadi horizontal, yaitu antara sesama warga masyarakat. Konflik horizontal ini umumnya dipicu oleh suatu isu tertentu yang entah dihembuskan oleh siapa, kemudian isu tersebut direspon positif oleh warga masyarakat. Terjadilah pro dan kontra di kalangan warga. Kondisi seperti ini dimanfaatkan dengan sangat baik oleh mereka yang kita kenal sebagai provokator.

Contoh 2 (khusus-umum):
Manggarai dengan lahan sawah seluas sekitar 25 ha adalah kabupaten penghasil beras di NTT. Sampai saat ini belum diketahui luas areal sawah yang telah diolah dengan pola pertanian organic yang digerakkan Pastoran Fransiskan, luas arealnya masih terbatas. Itu berarti dorongan kearah pertanian organic  di Manggarai masih merupakan perjuangan panjang.

8.   Pola pengembangan klasifikasi
Klasifikasi adalah sebuah proses untuk mengelompokkan hal-hal atau sesuatu yang dianggap memiliki kesamaan tertentu. Paragraf eksposisi klasifikasi dikembangkan berdasarkan suatu kategori umum kemudian diikuti dengan penjelasan anggotanya. Pola pengembangan klasifikasi pada dasarnya hanya menyebutkan sejumlah kategori menurut sudut pandang tertentu.
Contoh:
Pemerintah akan memberikan bantuan pembangunan rumah atau bangunan kepada korban gempa. Bantuan pembangunan rumah tersebut disesuaikan dengan tingkat kerusakannya. Warga yang rumahnya rusak ringan mendapat bantuan sekitar 10 juta. Warga yang rumahnya rusak sedang mendapat bantuan sekitar 20 juta. Warga yang rumahnya rusak berat mendapat bantuan sekitar 30 juta. Calon penerima bantuan tersebut ditentukan oleh aparat desa setempat dengan pengawasan dari pihak LSM.
9.   Pola pengembangan sebab-akibat
Pengembangan paragraf eksposisi dapat pula dinyatakan dengan mempergunakan sebab-akibat. Dalam hal ini, sebab bisa bertindak sebagai  gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Atau sebaliknya, akibat sebagai gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.
Kata penghubung yang biasa digunakan pada pola pengembangan sebab-akibat adalah sebab, akibatnya, sehingga, maka, dan sebagainya
Contoh:
       Krisis minyak bumi menambah parahnya inflasi. Dalam waktu singkat harga minyak naik empat kali lipat. Biaya produksi pun naik karena pabrik banyak menggunakan bahan bakar minyak untuk mengoperasikan mesin. Harga barang-barang di pasaran juga menjadi semakin  tinggi. Akibatnya, daya beli masyarakat menjadi semakin menurun.    

Menilai Karangan Eksposisi
Dalam menilai karangan eksposisi terdapat beberapa aspek yang dinilai, yaitu:
         1.         ISI
                       ·          Fakta
                       ·          Pemahaman
                       ·          Logis

         2.         Teknik Karangan
                      ·             Kesesuaian antar paragraf
                      ·             Pengembangan paragraf (induktif dan deduktif)

         3.         Mekanik
                      ·             Ejaan
                      ·             Tanda Baca
                      ·             Kosa kata
                      ·             Struktur kalimat




BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Eksposisi adalah karangan yang menyajikan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya, pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang sejelas – jelasnya.
Eksposisisi hanya berusaha menegaskan dan menerangkan suatu pokok persoalan. Dalam eksposisi atau pemaparan ,penulis menyerahkan keputusannya kepada pembaca.
Tujuan paragraf eksposisi adalah memaparkan atau menjelaskan sesuatu agar pengetahuan pembaca bertambah. Oleh karena itu, topik-topik yang dikembangkan dalam paragraf eksposisi berkaitan dengan penyampaian informasi.

3.2   Saran
Menulis eksposisi dengan baik adalah dengan cara kemampuan untuk menganalisa persoalan tersebut secara jelas dan konkrit.Bahan yang dikumpulkan hanya merupakan bahan mati,bahan ramuan,yang tak berguna bagi tangan-tangan yang tidak ahli. Bahan yang dikumpulkan dengan berbagai cara di atas,harus diolah,diseleksi,dievaluasi,dan dianalisa untuk dituangkan dalam sebuah karangan yang berbentuk final.Semakin baik evaluasi dan analisa yang diadakan,semakin baik nilai eksposisi yang ditulisnya.
Penulis harus mengetahui serba sedikit tentang subyeknya. Dengan mengetahui serba sedikit tentang subyek yang akan digarapnya, ia dapat memperluas pengetahuannya mengenai hal itu, entah melalui penelitian lapangan, wawancara, atau melalui penelitian kepustakaan.Dari hasil penelitiannya itu ia mengumpulkan bahan sebanyak-banyak,dievaluasi,untuk kemudian ditampilkan dalam tulisannya itu.





DAFTAR PUSTAKA

Asrom dkk. 1997. Dari Narasi hingga ArgumentasiJakarta: Erlangga.
Keraf, Gorys. 1985. Eksposisi Komposisi Lanjutan II. Jakarta: PT Grasindo.
Soedjito dan Mansur Hasan. 1986. Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung: CV Remaja Karya.
Yulianto, Sarno dkk. 2005. Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA Kelas X. Surakarta: Widya Duta
http://solehamin.wordpress.com/tentang-kami/artikel-3/
Alwasilah, A. Chaedar. 2005. Pokoknya Menulis. Cetakan Pertama. Bandung: Kiblat Buku Utama.
Finoza, Lamudin. 2009. Komposisi bahasa Indonesia. Jakarta : Diksi Insan Mulia.
Hasani, Aceng. 2005. Ikhwal Menulis. Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Press.
Keraf, Gorys. 1988. Komposisi. Ende : Nusa Indah.
Parera. Jos. Daniel. 1987. Menulis Tertib dan Sitematik. Cetakan Kedua. Jakarta : Elrangga.
Sumadiria, AS. Haris. 2005. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Cetakan Kedua Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Wahab, Abdul. 1999. Menulis Karya Ilmiah. Surabaya : Ailrangga Unversity Press.
Yunus, Muhammad, dan Suparno. 2006.Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta : Universitas Terbuka.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar