BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang Masalah
Kemajuan Ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi menyebabkan arus komunikasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini brdampak lagsung pada bidang Norma kehidupan dan ekonomi, seperti tersingkirnya tenaga kerja yang kurang berpendidikan dan kurang trampil, terkikisnya budaya lokal karena cepatnya arus informasi dan budaya global, serta menurunnya norma-norma masyarakat kita yang bersifat pluralistik sehingga raawan terhadap timbulnya gejolak sosial dan disintegrasi bangsa. Adanya pasar bebas, kemampuan bersaing, penguasaan pengetahuan dan tegnologi, menjadi semakin penting untuk kemajuan suatu bangsa. Ukuran kesejahteraan suatu bangsa telah bergeser dari modal fisik atau sumber daya alam ke modal intelektual, pengetahuan, sosial, dan kepercayaan. Hal ini membutuhkan pendidikan yang memberikan kecakapan hidup (Life Skill), yaitu yang memberikan keterampilan, kemahiran, dan keahlian dengan kompetensi tinggi pada peserta didik sehingga selalu mampu bertahan dalam suasana yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif dalam kehidupannya. Kecakapan ini sebenarnya telah diperoleh siswa sejak dini mulai pendidikan formal di sekolah maupun yang bersifat informal, yang akan membuatnya menjadi masyrakat berpengetahuan yang belajar sepanjang hayat (Lige Long Learning). Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk mnjemput masa depan.
Makalah ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas
pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya.
Landasan-landasan pendidikan tersebut adalah filosofis, kultural, psikologis,
serta ilmiah dan teknologi. Sedangkan asas yang dikalia adalah asas Tut Wuri
Handayani, belajar sepanjang hayat, kemandirian dalam belajar.
1.2
Rumusan Masalah
a. Apakah
yang dimaksud dengan landasan pendidikan?
b. Apa saja macam-macam landasan pendidikan?
c. Apakah yang dimaksud dengan asas-asas pendidikan?
d. Apa sajakah asas-asas pokok pendidikan?
1.3 Tujuan
b. Apa saja macam-macam landasan pendidikan?
c. Apakah yang dimaksud dengan asas-asas pendidikan?
d. Apa sajakah asas-asas pokok pendidikan?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian landasan pendidikan.
b. Untuk mengetahui macam-macam landasan pendidikan.
c. Untuk mengetahui pengertian asas-asas pendidikan.
d. Untuk mengetahui asas-asas pokok pendidikan.
BAB II
ISI
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan
serta Penerapannya
Pendidikan
sebagai usaha dasar yang sistematis-sistemik selalu bertolak darisejumlah
landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas
tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap
perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan
pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang
sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya
landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk mnjemput masa
depan.
Bab III
ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta
beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan-landasan pendidikan
tersebut adalah filosofis, kultural, psikologis, serta ilmiah dan teknologi.
Sedangkan asas yang dikalia adalah asas Tut Wuri Handayani, belajar
sepanjang hayat, kemandirian dalam belajar.
A. LANDASAN PENDIDIKAN
1.
Landasan Filososfis
a.
Pengertian Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan
dalam filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia,
keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang
lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme,
Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan
Ekstensialisme
1.
Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang
mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial.
2.
Perenialisme
Perensialisme adalah aliran pendidikan yang
megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta
kepada kebaikan universal.
3.
Pragmatisme dan Progresifme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang
segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini
melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
4.
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat
pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor
perubahan masyarakat.
5. Eksistensialis
Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat
bahwa kenyataan atau kebenaran adalah eksistensi atau adanya individu manusia
itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan
menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas. Akan menjadi apa
orang itu ditentukan oleh keputusan dan komitmennya sendiri.
b.
Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa
pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR
RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa
seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa
Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
2. Landasan
Sosiologis
a.
Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar sosiolagis berkenaan dengan perkembangan,
kebutuhan dan karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi
ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem
pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiolagi pendidikan
meliputi empat bidang:
1. Hubungan
sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2. Hubungan
kemanusiaan.
3. Pengaruh
sekolah pada perilaku anggotanya.
4. Sekolah
dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok
sosial lain di dalam komunitasnya.
b.
Masyarakat indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa
telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar,
mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan komplek.
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk
menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal
menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan jalur
sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan muatan
lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4
nonpenataran)
3. Landasan
Kultural
a.
Pengertian Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal
balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur
mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan
pendidikan, baiksecara formal maupun informal.
Anggota masyarakat berusaha melakukan
perubahan-perubahan yang sesuai dengan perkembangan zaman sehingga terbentuklah
pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan
masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan.
Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi
kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
b.
Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidkan Nasional
Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di
setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal
ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini harsulah dilaksanakan dalam
kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai
sisi ketunggal-ikaan.
4. Landasan
Psikologis
a.
Pengertian Landasan Filosofis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip
belajar dan perkembangan anak. Pemahaman etrhadap peserta didik, utamanya yang
berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan
pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat
diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin
memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki
kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang
pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta
tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
b.
Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting
sebagai bekal dasar untuk memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan
atau tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara
efektif dan efisien.
5. Landasan
Ilmiah dan Teknologis
a.
Pengertian Landasan IPTEK
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung
memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang
teknologi ke dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan
erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang
proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya
berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar
IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan
fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
b.
Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan
kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus
mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar
sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil
perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya bagi
masyarakat.
6. Landasan Hukum
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau
mendasari atau titik tolak.Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai
aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah
ini , bila dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku
pula. Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak
atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu, dalam hal ini
kegiatan pendidikan.
a. Pendidikan menurut Undang-Undang 1945
Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di
Indonesia. Pasal – pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang – Undang
Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu menceritakan
tentang pendidikan dan yang satu menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat
1 berbunyi : Tiap – tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2
pasal ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajar Pasal 32 pada Undang – Undang Dasar berbunyi : Pemerintah memajukan
kebudayaan nasional Indonesia yang diatur dengan Undang – Undang.
b.
Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Pendidikan Nasional
Tidak
semua pasal akan dibahas dalam makalah ini. Yang dibahas adalah pasal – pasal
penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagai acuan
untuk mengembangkan pendidikan. Pertama – tama adalah Pasal 1 Ayat 2 dan Ayat
7. Ayat 2 berbunyi sebagai berikut : Pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang –
Undang Dasar 45. Undang – undang ini mengharuskan pendidikan berakar pada
kebudayaan nasional yang berdasarkan pada pancasila dan Undang – Undang dasar
1945, yang selanjutnya disebut kebudayaan Indonesia saja. Ini berarti teori –
teori pendidikan dan praktek – praktek pendidikan yang diterapkan di Indonesia,
tidak boleh tidak haruslah berakar pada kebudayaan Indonesia.“Selanjutnya Pasal
1 Ayat 7 berbunyi : Tenaga Pendidik adalah anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak menjadi
tenaga kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya
dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan Tenaga
Kependidikan tertera dalam pasal 27 ayat 2, yang mengatakan tenaga kependidikan
mencakup tenaga pendidik, pengelola/kepala lembaga pendidikan,
penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan, pustakawan, laporan, dan
teknisi sumber belajar.”
7. Landasan Sejarah
Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala
macam kejadian atau kegiatan yang dapat didasari oleh konsep – konsep tertentu.
Sejarah pendidikan di Indonesia. Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum
Negara Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan di Indonesia juga cukup
panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan
zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh agama Islam, pendidikan
pada zaman kemerdekaan. Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis
kemerdekaan ada tiga tokoh pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan, yang
berjuang melalui pendidikan. Mereka membina anak-anak dan para pemuda melalui
lembaganya masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan martabatnya yang
hilang akibat penjajahan Belanda. Tokoh-tokoh pendidik itu adalah Mohamad
Safei, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (TIM MKDK, 1990). Mohamad
Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch Nederlandse School di Sumatera
Barat pada Tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam,
sebab sekolah ini didirikan di Kayutanam. Maksud ulama Syafei adalah mendidik
anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang
merdeka. Tokoh pendidik nasional berikutnya yang akan dibahas adalah Ki Hajar
Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta. Sifat, system, dan metode
pendidikannya diringkas ke dalam empat keemasan, yaitu asas Taman Siswa, Panca
Darma, Adat Istiadat, dan semboyan atau perlambang.Asas Taman Siswa dirumuskan
pada Tahun 1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk menentang
penjajah Belanda pada waktu itu. Tokoh ketiga adalah Ahmad Dahlan yang
mendirikan organisasi Agama Islam pada tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian
berkembang menjadi pendidikan Agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian
besar memusatkan diri pada pengembangan agama Islam, dengan beberapa cirri
seperti berikut (TIM MKDK, 1990). Asas pendidikannya adalah Islam dengan tujuan
mewujudkan orang-orang muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri
sendiri, dan berguna bagi masyarakat serta Negara.
Ada lima butir yang dijadikan dasar pendidikan
yaitu :
· Perubahan cara berfikir
· Kemasyarakatan
· Aktivitas
· Kreativitas
· Optimisme
8. Landasan Sosial Budaya
Sosial mengacu kepada hubungan antar individu,
antarmasyarakat, dan individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak
manusia dilahirkan.Sama halnya dengan sosial, aspek budaya inipun sangat
berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan
yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah
budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka
dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Sosiologi dan Pendidikan Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok
dan struktur sosialnya. Proses sosial dimulai dari interaksi sosial dan dalam
proses sosial itu selalu terjadi interaksi sosial. Interaksi dan proses sosial
didasari oleh faktor-faktor berikut :
§ Imitasi
§ Sugesti
§ Identifikasi
§ Simpati
Kebudayaan dan Pendidikan Kebudayaan menurut Taylor
adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni,
hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989) Hassan (1983)
misalnya mengatakan kebudayaan berisi :
(1) norma-norma
(2) folkways yang mencakup kebiasaan, adat, dan
tradisi
(3) mores
Sementara itu Imran Manan (1989) menunjukkan lima
komponen kebudayaan sebagai berikut : 1. Gagasan
2. Ideologi
3. Norma
4. Teknologi
5. Benda
Agar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa
komponen lagi yaitu :
1. Kesenian
2. Ilmu
3. Kepandaian
Kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam,
yaitu :
1. Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia
2. Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa,
Bali, Sunda, Nusa Tenggara Timur dan sebagainya
3. Kebudayaan popular, suatu kebudayaan yang masa
berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan
terdahulu.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial
danpola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan.
B. ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang
menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun
pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan
yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu.
Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar
Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam belajar.
1. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan
inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar
Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan
menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo
Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi
satu kesatuan asas yaitu:
· Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi
contoh)
· Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah
memberi dukungan dan semangat)
· Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi
dorongan)
2. Asas Belajar Sepanjang
Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning)
merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life
long education). Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan
memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
· Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi
keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan
dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
· Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu
katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar
sekolah.
3. Asas Kemandirian dalam
Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin
dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan
guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan
menempatkan guru dalamperan utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu
pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta
didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).
PENERAPAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN
Sebagaimana telah dibicarakan dalam bahasan terdahulu ada dua asas-asas utama yang menjadi acuan pelaksanaan pendidikan, yakni:
1.
Asas Belajar Sepanjang Hayat
2.
Asas Tut Wuri Handayani
3.
Asas Kemandirian dalam Belajar
Untuk memberi gambaran bagaimana penerapan asas-asas tersebut di atas berturut-turut akan dibicarakan:
· Keadaan yang ditemui sekarang
· Permasalahan yang ada
· Pengembangan penerapan asas-asas pendidikan.
Ø Keadaan yang Ditemui Sekarang
Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang:
Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang:
1. Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar
telah mengalami peningkatan. Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik
dari tahun ke tahun yang dapat ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal,
non formal, dan informal; berbagai jenis pendidikan; dan berbagai jenjang pendidikan
dari TK sampai perguruan tinggi
2. Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru
dan tenaga kependidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat
melaksanakan tugsnya secara proporsional. Dan pada gilirannya dapat meningkatkan
kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air. Pembinaan guru dan tenaga guru
dilaksanakan baik didalam negeri maupun diluar negeri
3. Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan
kurikulum dan isi pendidikan agar mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya yang berkualitas melalui pendidikan
4. Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan
prasarana yang semakin meningkat: ruang belajar, perpustakaan, media
pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan ketrampilan, sarana pendidikan
jasmani
5. Pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai
program pendidikan masyarakat yang bertujuan untuk:
a. meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara
layak dan hidup bermasyarakat secara berbudaya melalui berbagai cara belajar
b. menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia
seutuhnya
6. Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi
muda: kepemimpinan dan ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap
patriotisme dan idealisme, kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan
budi luhur
7. Usaha pengadaan berbagai program pembinaan
keolahragaan dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota
masyarakat untuk melakukan berbagai macam kegiatan olahraga untuk meningkatkan kesehatan
dan kebugaran serta prestasi di bidang olahraga
8. Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran
wanita dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan
keluarga sehat, sejahtera dan bahagia peningkatan ilmu pngetahuan dan
teknologi, ketrampilan serta ketahanan mental.
Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat
pemerintah secara lintas sektoral telah mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab
tantangan asas pendidikan sepanjang hayat dengan cara pengadaan sarana dan
prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia yang menunjang.
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang, yakni :
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang, yakni :
1.
Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih
pendidikan dan ketrampilan yang diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang
pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam
masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri
2.
Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih
pendidikan kejuruan yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk
memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya
3.
Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa
diberikan kesempatan untuk memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai
dengan gaya dan irama belajarnya
4.
Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat
fisik atau mental memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan
ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia
yang mandiri
5.
Peserta didik di daerah terpencil mendapat
kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang
menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang
mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh diatas normal (Jurnal
Pendidikan,1989).
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulanا
Ø Landasan Pendidikan
a. Landasan Filososfis
b. Landasan Sosiolagis
c. Landasan Kultural
d. Landasan Psikologis
e. Landasan Ilmiah dan Teknologis
a. Landasan Filososfis
b. Landasan Sosiolagis
c. Landasan Kultural
d. Landasan Psikologis
e. Landasan Ilmiah dan Teknologis
Ø Pengertian Asas – Asas Pendidikan
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Ø Asas Pokok Pendidikan
1. Asas Tut Wuri Handayani
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
1. Asas Tut Wuri Handayani
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
DAFTAR PUSTAKA
Hartoto.2008. landasan dan asas-asas pendidikan
serta penerapannya. [serial on line]. http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/12/bab-iii-landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta-penerapannya.[07
Oktober 2010]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar